Jumat, 20 Agustus 2021

PASCA PANEN TANAMAN RIMPANG

1. PENYIAPAN BAHAN BAKU SEGAR

    Penyiapan bahan baku segar (rimpang) adalah kegiatan menyiapkan rimpang yang masih segar. Tujuan penyiapan bahan baku adalah untuk memisahkan produk yang busuk, produk yang muda dan tua serta untuk mengurangi jumlah kotoran atau bahan-bahan asing yang ikut terbawa rimpang. Bahan baku pembuatan simplisia rimpang adalah rimpang segar dari jenis temu-temuan atau empon-empon; Rimpang segar yang dipilih adalah rimpang yang sudah memenuhi persyaratan umur panen, cukup tua (umur tanam 8-12 bulan), dalam keadaan segar, tidak busuk, tidak cacat atau rusak.

2. PENYORTIRAN AWAL

    Penyortiran awal adalah kegiatan memisahkan rimpang yang busuk, rimpang muda dan tua serta rimpang yang berukuran besar atau kecil, memisahkan rimpang untuk benih dan konsumsi serta mengurangi kotoran atau bahan-bahan asing yang ikut terbawa dalam rimpang. 
    Tujuan penyortiran awal adalah untuk memisahkan produk dari kotorankotoran atau bahan-bahan asing, bahan yang tua dengan muda atau bahan yang ukurannya lebih besar atau lebih kecil. Penyortiran dilakukan setelah rimpang dipanen. Tanah dan kotoran yang masih menempel pada rimpang dibersihkan dengan memukul rimpang secara perlahan-lahan. Daun, batang dan akar yang bersatu dengan rimpang dipotong menggunakan pisau/gunting. Memisahkan rimpang yang busuk, rimpang yang tua dan muda, serta untuk benih dan konsumsi serta rimpang yang berukuran besar dan kecil.

3. PENCUCIAN

    Pencucian adalah proses pembersihan rimpang dari tanah, kotoran lainnya dan mikroba yang masih melekat pada rimpang dengan menggunakan air bersih dan mengalir. Tujuan pencucian adalah menghilangkan kotoran-kotoran dan mengurangi mikroba yang melekat pada rimpang. Air yang digunakan harus memenuhi persyaratan air bersih sesuai standar baku air bersih. Pencucian rimpang dilakukan dengan air bersih yang mengalir atau 3 - 4 kali atau menggunakan alat penyemprot air bertekanan tinggi. Pencucian harus dilakukan dalam waktu sesingkat mungkin (tidak boleh direndam terlalu lama) agar zat aktif yang terkandung dalam rimpang tidak larut atau terbuang. 
Pencucian rimpang dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain : 

Perendaman bertingkat 

  • Rendam rimpang beberapa kali pada wadah dan air yang berbeda hingga kotoran yang menempel pada rimpang hilang; 
  • Jika kotoran masih ada yang menempel pada rimpang, gosok rimpang dengan tangan hingga bersih 

Penyemprotan 

  • Penyemprotan dilakukan pada rimpang yang kotorannya banyak melekat pada rimpang dengan menggunakan air yang bertekanan tinggi; 
  • Untuk menghilangkan tanah dan kotoran yang masih menempel pada rimpang dapat dihilangkan dengan menyikat rimpang secara hati-hati; 

Penyikatan 

  • Pencucian dengan menyikat dilakukan pada rimpang yang kotorannya sangat kuat menempel pada rimpang. 
  • Penyikatan dilakukan secara perlahan-lahan dan teratur agar rimpang tidak rusak. 
  • Bilas rimpang yang sudah disikat hingga bersih;

4. PENIRISAN

    Penirisan adalah proses meniriskan rimpang sampai benar-benar bebas dari air bekas pencucian. mengering anginkan rimpang setelah proses pencucian agar rimpang benar-benar bebas dari bekas pencucian. 

  1. Rimpang yang telah bersih ditiriskan dalam keranjang plastik atau rak penirisan sampai airnya tidak menetes lagi; 
  2. Penirisan dapat dilakukan dengan menggunakan rak-rak penirisan; 
  3. Waktu yang dibutuhkan untuk penirisan adalah 2- 4 jam, 1-2 hari; 
  4. Proses penirisan sebaiknya di dalam ruangan atau tempat yang tidak langsung terkena sinar matahari. 
  5. Setelah pencucian, rimpang langsung ditiriskan dalam keranjang plastik atau di rak-rak penirisan sampai airnya tidak menetes lagi; 
  6. Lakukan penirisan selama 2-4 jam, 1-2 hari dan didalam ruangan atau tempat yang terlindung atau tidak terkena sinar matahari langsung;

5. PERAJANGAN

    Perajangan adalah proses pengirisan rimpang segar menjadi rimpang kering atau simplisia. Tujuan perajangan adalah untuk mempercepat proses pengeringan, pengemasan, enepungan dan penyimpanan rimpang. 

  1. Rimpang yang baru dipanen tidak boleh langsung dirajang tetapi dijemur dalam keadaan utuh selama 2- 4 jam, 1 hari; 
  2. Perajangan dilakukan untuk mempercepat pengeringan rimpang; . 
  3. Alat perajang yang digunakan dapat berupa mesin atau perajang manual yang terbuat dari bahan stainless; 
  4. Arah irisan dianjurkan searah dengan teknik irisan melintang atau membujur, agar sel-sel minyak atsirinya tidak pecah. Dari hasil penelitian, ketebalan irisan rimpang yang memberikan kadar minyak atsiri maksimal adalah 3 mm; 
  5. Sebaiknya hindari perajangan yang terlalu tipis untuk mencegah berkurangnya kadar minyak atsiri dan jika rajangan terlalu tebal, memerlukan waktu penjemuran lebih lama dan kemungkinan besar produk mudah ditumbuhi jamur.

  1. Sebelum perajangan dilakukan, rimpang terlebih dahulu dijemur untuk mengurangi perwarnaan akibat reaksi antara bahan dan logam pisau; 
  2. Rimpang dirajang dengan menggunakan pisau tajam yang terbuat dari stainless steel atau dengan mesin perajang; 
  3. Hindari perajangan yang terlalu tipis untuk mencegah berkurang-SOP Pascapanen Tanaman Obat (Rimpang)nya kadar minyak atsiri dan agar simplisia tidak mudah hancur; 
  4. Arah irisan dianjurkan searah dengan teknik irisan melintang atau membujur, agar sel-sel minyak atsirinya tidak pecah. Dari hasil penelitian, ketebalan irisan rimpang yang memberikan kadar minyak atsiri maksimal adalah 3 mm.

6. PENGERINGAN

    Pengeringan adalah perlakuan pada produk dengan cara mengurangi kadar air, agar proses pembusukan dapat dihambat sehingga dapat dihasilkan simplisia bermutu, tidak mudah rusak dan tahan disimpan dalam waktu lama. Tujuan pengeringan adalah untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak, sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama. 

  1. Pengeringan dapat dilakukan dengan menggunakan sinar matahari, oven, blower dan fresh dryer pada suhu 40-60°C. Pengeringan pada suhu terlalu SOP Pascapanen Tanaman Obat (Rimpang)tinggi dapat merusak komponen aktif, sehingga mutunya dapat menurun; 
  2. Untuk irisan rimpang jahe dapat dikeringkan menggunakan alat pengering energi surya dengan suhu antara 36-45°C dengan tingkat kelembaban 32,8-53,3% menghasilkan kadar minyak atsiri lebih tinggi dibanding dengan pengeringan menggunakan sinar matahari langsung maupun oven; 
  3. Untuk irisan temulawak yang dikeringkan dengan sinar matahari langsung, sebelum dikeringkan terlebih dahulu irisan rimpang direndam dalam larutan asam sitrat 3% selama 3 jam yang bertujuan untuk mencegah terjadinya degradasi kurkuminoid pada simplisia dan mencegah penguapan minyak atsiri yang berlebihan pada saat penjemuran; 
  4. Selesai perendaman irisan dicuci kembali sampai bersih dan ditiriskan, kemudian dijemur dipanas matahari; 
  5. Penjemuran dapat juga dilakukan dengan menggunakan blower SOP Pascapanen Tanaman Obat (Rimpang)pada suhu 40-50°C. Kelebihan alat ini adaalah waktu penjemuran lebih singkat yaitu 8 jam, jika dibanding pengeringan dengan sinar matahari membutuhkan yang membutuhkan waktu + 1 minggu; 
  6. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam proses pengeringan adalah kebersihan (khususnya pengeringan menggunakan sinar matahari), kelembaban udara, aliran udara dan ketebalan susunan irisan produk (tidak saling menumpuk). 

Pengeringan simplisia rimpang dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain : 

        1. Pengeringan dengan sinar matahari langsung 

  • Simplisia di susun di atas lantai beralas tikar atau rak penjemuran yang terbuat dari besi, bambu atau kayu; 
  • Simplisia dilapisi dan ditutupi kain hitam agar terhindar dari serangga dan debu; mempercepat pengeringan dan warna lebih merata; kandungan minyak atsiri tidak mudah hilang; 
  • Selama proses pengeringan, simplisia harus sering dibolak-balik untuk mendapatkan hasil yang merata. Lama pengeringan +5 hari tergantung kondisi cuaca. 

        2. Pengeringan dengan alat berenergi cahaya matahari 

Simplisia disusun pada nampan-nampan yang ada pada rak pengering, kemudian dikeringkan sesuai kebutuhan. 

        3. Pengeringan dengan mesin(oven) 

Pengeringan dengan mesin selain lebih cepat juga hasilnya lebih berkualitas. Untuk rimpang temulawak sebaiknya digunakan suhu pengeringan antara 40-60°C.
7. PENYORTIRAN AKHIR

    Penyortiran akhir adalah kegiatan yang dilakukan untuk memisahkan benda-benda asing dan kotoran lainnya yang masih menempel pada simplisia setelah proses pengeringan. Tujuan penyortiran akhir adalah untuk memisahkan benda-benda asing dan kotoran lainnya yang masih ada dan tertinggal pada simplisia 

  1. Proses penyortiran merupakan tahap akhir dari pembuatan simplisia kering sebelum dilakukan pengemasan; 
  2. Partikel-partikel pasir dan benda-benda tanah lain yang tertinggal harus dibuang sebelum simplisia dibungkus; 
  3. Simplisia rimpang yang baik memiliki kandungan benda asing tidak lebih dari 2%. Warna dan aroma tidak menyimpang jauh dari aslinya, tidak mengandung bahan yang beracun dan berbahaya serta tidak tercemar oleh jamur. 
  4. Pisahkan simplisia rimpang dari benda-benda asing seperti partikel pasir, kotoran unggas atau benda asing lainnya; 
  5. Setelah penyortiran simplisia ditimbang untuk mengetahui rendemen hasil dari proses pasca panen yang dilakukan.

8. PENGEMASAN DAN PELABELAN

    Pengemasan adalah proses perlindungan produk dari gangguan faktor luar yang dapat mempengaruhi masa simpan produk dengan menggunakan media atau bahan tertentu. Pelabelan adalah pemberian label pada kemasan produk yang berisi nama komoditas dan kelas mutu, nama produsen, alamat produsen, tanggal panen, tanggal kadaluarsa serta berat bersih. Tujuannya utama pengemasan antara lain : menyimpan produk secara aman agar terhindar dari pencemaran atau kotoran; melindungi produk selama dalam perjalanan, saat pemasaran mepermudah pengangkutan atau pemindahan produk dari satu tempat ke tempat lain. Tujuan pelabelan adalah untuk memberi identitas pada produk yang telah dikemas. 

  • Simplisia yang sudah di grading berdasarkan kualitasnya, segera dikemas agar tidak terjadi penyerapan air kembali; 
  • Cara pengemasan simplisia tergantung pada jenis simplisia dan tujuan pengemasan; 
  • Bahan kemasan yang digunakan harus memenuhi kriteria sebagai berikut : 

  1. Mampu melindungi produk dari kerusakan mekanis; 
  2. Tidak mengandung bahan kimia yang menyebabkan perubahan bahan isi, rasa, baud an kadar air produk; 
  3. Tidak terlalu berat, praktis, ukuran maupun bentuk kemasan menarik; 
  4. Mampu mencegah penyerapan air atau menghindari kelembaban karena dapat menyebabkan peningkatan kadar air produk; 
  5. Mampu menahan pengaruh cahaya; 
  6. Memiliki daya lindung yang dapat diandalkan; 
  7. Harga terjangkau/ ekonomis. 

  • Pengemasan dilakukan dengan hati-hati agar simplisia tidak hancur; 
  • Selanjutnya kemasan diberi label yang ditempelkan pada bagian tengah kemasan dengan mencantumkan : nama produk, bagian tanaman produk yang digunakan, tanggal pengemasan, nomor/ kode produksi, nama/alamat penghasil, berat bersih, metode penyimpanan. 
  • Simplisia diangkut ke pembeli atau segera disimpan untu proses pengolahan selanjutnya.

9. PENYIMPANAN


    Penyimpanan adalah mengendalikan proses transparasi, respirasi serta mempertahankan produk sebagai bahan yang akan diolah lebih lanjut. Tujuan penyimpanan adalah untuk memperpanjang masa penggunaan suatu produk. 

  1. Penyimpanan dapat dilakukan di ruang biasa/gudang (suhu kamar) atau ruangan ber AC; 
  2. Gudang harus terpisah dari tempat penyimpanan bahan lainnya atau penyimpanan alat dan dipelihara dengan baik; 
  3. Ventilasi udara baik dan bebas dari kebocoran atau kemungkinan masuknya air hujan. 
  4. Suhu gudang tidak lebih dari 30°C dengan kelembaban udara seminimal mungkin (65°C) untuk mencegah terjadinya penyerapan air; 
  5. Kelembaban udara yang tinggi dapat memacu pertumbuhan mikroorganisme sehingga menurunkan mutu produk baik dalam bentuk segar maupun kering dan sinar matahari tidak boleh langsung menyinari simplisia; 
  6. Penyimpanan simplisia dalam gudang harus diatur sedemikian rupa agar tidak menyulitkan pemasukan dan pengeluaran produk yang disimpan; 
  7. Simplisia rimpang yang dikemas disimpan dengan cara ditumpuk, tidak terlalu tinggi dan tidak langsung mengenai lantai atau diberi alas. Untuk jenis simplisia yang sama harus diberlakukan prinsip "pertama masuk pertama keluar", perlu dilakukan pencatatan tanggal penyimpanan simplisia; 
  8. Penyimpanan simplisia di gudang maksimal 1 tahun agar simplisia tidak rusak.

MANFAAT TANAMAN TREMBESI

 

Postingan Populer